Kamis, 01 Maret 2012

Pertama kali ke kota Jakarta

Wahhh Ini merupakan pengalaman yang sangat tak terlupakan dihidup SAYA...

Sms berdering ..."Selamat anda tanggal 29 febuari 2012 diundang menghadiri test psikotest..... di jakarta". Didalam pikiran Q wah busyet dah ga pernah kejakarta gimana ini ya. ..emm punya pikiran, SELAGI KITA BERUSAHA DENGAN IMAN JALAN KEMANAPUN YANG  BELUM KITA SINGGAHI SELAGI KITA PUNYA NIAT DAN USAHA PASTI KETEMU, dan akhirnya beli deh tiket bisnis (harganya mahal bgt,,,untung ada tabungan wedew rugi diongkos kalau ginimah...^_^)  berangkat jam 19.00. didalam kereta sempet fikir (sampai sana mw mandi. cuci kakus dmana ya...)  INI NAMANYA NEKAD,,,
Sampai juga di Stasiun Pasar senen, sampai sana tengok kanan kiri pura2 tw jalan aja..ya beruntung ga ada orang yang malak/preman sono...setelah ganti baju, mandi di stasiun. ngojek deh, sampai sana masih sepi  ya ialah jam 05.00, terpaksa ngetem di gardu security ,(cpdeh, demi mendapat kerja).DITUNGGU2 akhirnya test juga (dengan semangat membara ujian dilabas). selesai juga uiii keluar gedung, sambil mikir( mamah mw kemana ya saya.,mana hujan, becek, ga ada ojek... cpdeh) emm muter2 aja jakarta dengan busway...
Muter jakarta banyak banget orang ngantri (memang bener jakarte kota metropolitan)  ya tanya kanan-kiri ...
bersambung......hehhehe

Senin, 27 Februari 2012

Berfikir Positif

"Tak peduli masalah yg kamu hadapi, janganlah mengeluh. Semua orang punya masalah, bahkan selalu ada yg lebih berat perjuangannya..."

Masalah terkadang silir berganti di hidup ini, karena hidup harus penuh perjuangan, Tuhan tidak pernah menghendaki anaknya menjadi pemalas, mudah menyerah, atau putus asa. oleh karena itu yakinlah sobat2 bahwa setiap masalah pasti ada jalankeluarnya. 
Keep spirit ^_^

Jumat, 06 Mei 2011

Kisah Dari Beberapa Benih

 Benih
Suatu ketika, ada sebuah pohon yang rindang. Dibawahnya, tampak dua orang yang sedang beristirahat. Rupanya, ada seorang pedagang bersama anaknya yang berteduh disana. Tampaknya mereka kelelahan sehabis berdagang di kota. Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka dibawah pohon yang besar itu.

Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk. Namun, tidak demikian dengan anaknya yang masih belia. "Ayah, aku ingin bertanya..." terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang.

"Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah, dan bisa membawa dagangan kita ke kota?"

"Sepertinya", lanjut sang bocah, "Aku tak akan bisa besar. Tubuhku ramping seperti Ibu, berbeda dengan Ayah yang tegap dan berbadan besar. Kupikir, aku tak akan sanggup memikul dagangan kita jika aku tetap seperti ini."

Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah.

Lalu, ia kembali melanjutkan, "Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah?"

Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga. Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar. Kemudian, ia pun mulai berbicara.

"Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari benih yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang sama."

Diperhatikannya wajah sang anak yang tampak tertegun. "Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yang cukup. Namun jangan lupakan waktu yang membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadi mahluk yang sabar."

"Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran."

Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak. Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.

Jangan pernah merasa malu dengan segala keterbatasan. Jangan merasa sedih dengan ketidaksempurnaan. Karena Allah, menciptakan kita penuh dengan keistimewaan. Dan karena Allah, memang menyiapkan kita menjadi mahluk dengan berbagai kelebihan.

Mungkin suatu ketika, kita pernah merasa kecil, tak mampu, tak berdaya dengan segala persoalan hidup. Kita mungkin sering bertanya-tanya, kapan kita menjadi besar, dan mampu menggapai semua impian, harapan dan keinginan yang ada dalam dada. Kita juga bisa jadi sering membayangkan, bilakah saatnya berhasil?

Kapankah saat itu akan datang?

Teman, kita adalah layaknya benih kecil itu. Benih yang menyimpan semua kekuatan dari batang yang kokoh, dahan yang kuat, serta daun-daun yang lebar. Dalam benih itu pula akar-akar yang keras dan menghujam itu berasal. Namun, akankah Allah membiarkan benih itu tumbuh besar, tanpa alpa dengan bantuan tiupan angin, derasnya air hujan, dan teriknya sinar matahari?

Begitupun kita, akankah Allah membiarkan kita besar, berhasil, dan sukses, tanpa pernah merasakan ujian dan cobaan?

Akankah Allah lupa mengingatkan kita dengan hembusan angin "masalah", derasnya air "ujian" serta teriknya matahari "persoalan"?

Tidak Teman. Karena Allah Maha Tahu, bahwa setiap hambaNya akan menemukan jalan keberhasilan, maka Allah akan tak pernah lupa dengan itu semua.

Jangan pernah berkecil hati. Semua keberhasilan dan kesuksesan itu telah ada dalam dirimu.

Kamis, 05 Mei 2011

Kepepet membawa hikmah

(Kisah Saptuari Sugiharto, Kedai Digital)
Ternyata itulah yang memaksa seorang Saptuari Sugiharto, sarjana lulusan UGM yang telah menjadi pengusaha sukses di usianya yang masih muda. Usaha awal yang dijajalnya adalah beternak ayam. Dari tiga kali panen, hanya sekali untung dan itupun hanya Rp.70 ribu. Tapi upaya pertama ini tak menyurutkan langkahnya menjadi anak yang mandiri, mengingat dirinya sudah menjadi anak yatim.Selain menjajal berbagai peluang usaha, Saptu juga pernah mencoba berbagai macam pekerjaan, termasuk menjadi penjaga tas di Koperasi Mahasiswa UGM. Pernah juga menjadi marketing Radio Swaragama, dan Sampoerna A-Mild. Hingga akhirnya memutuskan menjadi pengusaha dengan mendirikan Kedai Digital.

Kegigihan dan Semangat sesosok pemulung

Ketika  pukul 06.00, hujan turun dengan deras,
Sesosok pemulung berjalan ditengah guyuran hujan deras..
tak ada kata hambatan untuk mencari nafkah hidup..
Semangat dan kegigihannya membuat diri Q terpaku di balik jendela...




Apa yang menginspirasimu hari ini?